Kamis, November 29, 2007

untitled


Lembutmu kujaga di antara secangkir kopi
Masuklah! Mari duduk berpelatar barang sejenak
Tak' kan lama, sebab aku tengah berbenah diri
Merampungkan persesuaian yang tak' berkehendak

Lekas usap dahaga sematkan segumpal lara
Biarkan senandung lagu itu nan merajut sembilu
Sebab antara aku dan dunia telah hilang segala
Buat aku tetap tinggal, meski kecupannya berlalu...

Selasa, November 27, 2007

dear Margareth (unfinished spoken)


The winter has brought me a longest bitter cold
I felt no longer resist of getting any old
Everyday my bruises became a fallen stone
Let's doubt a pleasant story among a couple of cone

With you beside me, nor the past can break a fore
Send our memories until we get closer to that shore
Would you take a risk to pass me Margareth?
Due the rest of my count behind the death

Shall we climbing into an eternal blurry fade
Thou carrying and forgiving is a different shade
In this every words -i love you- with your rosy lips and cheek
I do like spend hour and much more week

O the mighty one! while you keep this unique phrase
Help me through, coz' those thunder storm against my face
Be strong my dear "said the unknown lullaby last night"
-The clouds will dissapear, and then turn the darkness bright!-

Damn me! with all my complicated abandon serenade
Beyond the world i've tried to run, and the shadow i cannot hide

My Margareth
My beautiful unlife
My sweet unborn child
My forever friend
My unfinished spoken must came to an end

Help me through...

Jumat, November 16, 2007

the spirit of street art


Kebiasaan melukis dinding/tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya, sebenarnya sudah ada sejak jaman manusia primitif tempo doeloe. Fungsinya, tidak lain sebagai sarana mistisme dan spiritual, demi membangkitkan semangat mereka ketika sedang berburu.
Di era modern seperti saat ini, kebiasaan yang kemudian di kenal sebagai seni grafiti/street art, timbul karena adanya desakan kesenjangan kelas-kelas dalam tatanan sosial yang terpola secara tidak sengaja oleh faktor-faktor seperti, ekonomi, sosial, serta politik pada saat itu. Banyaknya seniman yang tumbuh dari golongan masyarakat tertentu, lantas tidak mampu mengekspresikan aktifitas seninya dengan layak, membuat mereka tergerak untuk mulai menggunakan sarana yang tersedia dengan gratis di hampir seluruh bagian kota, yaitu tembok!


History

Grafiti, biasa juga di sebut ‘Street Art’, identik dengan seni underground yang berasal dari bahasa Itali yaitu "graffito" atau menggambar. Saat ini, seni grafiti/street art telah di akui menjadi bagian dari seni kontemporer. Sejarah grafiti/street art yang di kenal luas di seluruh dunia bermula pada tahun 1980-an, di kota New York, Amerika Serikat. Banyaknya bomber-bomber (sebutan untuk para street art) yang membom-bardir sudut-sudut kota Amerika pada saat itu cukup membuat kalang kabut pejabat pemerintahan, sampai-sampai pemerintah saat itu mengeluarkan larangan menjual cat semprot kepada mereka yang belum berumur 18 tahun ke atas. Dan para bomber yang tertangkap oleh Anti-Graffiti Task Force (pasukan yang bertugas memberantas bomber) pun di wajibkan membayar denda yang sangat berat, yaitu sebesar US$ 350.

Hingga akhirnya, juga di era yang sama, pemerintahan kota di beberapa negara bagian Amerika, termasuk Philadephia pun mengalah dan menyediakan lahan luas bagi para bomber untuk mengeksplorasi karya-karya mereka. Philadepia Anti-Graffiti Network (PAGN), yang sebelumnya merupakan sebuah jaringan yang begitu menentang seni grafiti, akhirnya pun luluh dan membentuk sebuah program yang di beri nama “Mural Arts Program”, yang khusus men-support segala bentuk aktifitas seni grafiti/street art di dalam satu komplek area. Dengan catatan, jika ada bomber yang membuat grafiti/street art di luar area tersebut, akan dikenakan sangsi sangat berat yang harus mereka terima.

Coretan-coretan yang merupakan bentuk pencurahan jiwa sosial dari para bomber tersebut umumnya bersifat pesan sindiran, dari yang antar geng hingga ke hal-hal yang bersifat politis. Banyak dari karya-karya grafiti yang mengkritisi kebijakan-kebijakan politik suatu pemerintahan, termasuk di Indonesia. Sebuah lagu berjudul “Coretan Dinding” yang dinyanykan oleh Iwan Fals, menceritakan bagaimana situasi politik saat itu yang termuat melalui bentuk-bentuk seni grafiti di banyak tempat, di Indonesia. Ketidakpuasan terhadap sistem atau apapun, biasanya merupakan inspirasi terbesar dari seni grafiti/street art.

Tidak hanya di Indonesia, bahkan hampir di seluruh penjuru dunia, memposisikan grafiti/street art dengan reputasi yang buruk di mata pemerintah. Seni ini seringkali dituduh sebagai media yang paling frontal untuk menghujat atau pun mengkritik keras pemerintahan sebuah negara. Seni yang dikategorikan ke dalam jenis seni underground (karena selalu dilakukan secara diam-diam) ini memang biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi di malam hari. Alexander Brener, adalah seorang tokoh yang sangat berjasa di bidang grafiti/street art. Lewat idenya yang brilian dan sentuhan tangan yang artistik, untuk pertama kalinya ia membawa politik ke dalam bidang seni. Ia sekaligus menjadi orang pertama yang menyuarakan politik lewat media seni grafiti/street art.

Choose Ur Style!

Memang tidak keseluruhan karya grafiti/street art itu jelek atau merusak keindahan kota. Banyak karya yang justru semakin mempercantik dinding/tembok yang tadinya kumuh, seperti kolong jembatan, atau bangunan-bangunan yang sudah usang. Di dalam seni grafiti/street art, terdapat berbagai macam style atau aliran seperti throw-up atau yang biasa disebut fill-in. Ini adalah sebuah tehnik menggambar dengan sangat cepat, yang menggunakan dua sampai empat warna. Kecepatan memang menjadi tujuan utama dari gaya ini.

Yang paling dianggap seru dan menarik dalam seni grafiti/street art adalah gaya yang biasa disebut dengan wildstyle. Maksudnya, pada gaya tersebut sang bomber dapat melakukan apa saja dari segi desain atau pemilihan warna. Kalau di olahraga basket kita kenal sama yang namanya freestyle, begitu juga di dalam dunia grafiti/street art, semakin ekstrim karya yang dihasilkan oleh seorang bomber, maka pride dari bomber tersebut pun akan semakin meningkat. Karya-karya yang dihasilkan dari gaya ini biasanya cenderung membuat orang yang melihat mengernyitkan dahinya, dan harus memperhatikan dengan lebih seksama agar dapat mengerti maksud dan maknanya.

Dari keseluruhan style menggambar dalam grafiti, yang paling penting adalah penorehan "tagging" atau signature dari sang bomber. Maksudnya, agar semakin mengkukuhkan eksistensi dari para bomber yang menghasilkan suatu karya. Semakin banyak grafiti ber-type dengan tag spesifik bertebaran, maka akan semakin terkenal pula pembuatnya di kalangan para bomber. Sign yang di buat oleh seorang bomber sekaligus juga menjadi semacam tanggung jawab karya yang telah dihasilkan.

Community...

Di Indonesia belakangan ini, undang-undang yang memperlakukan para bomber sebenarnya masih belum jelas. Paling-paling mereka -para bomber- harus selalu siap siaga jika berhadapan dengan para pamong praja yang selalu menjadi musuh bebuyutan. Kalau sudah begini, urusannya bisa damai di tempat, dengan syarat para bomber yang tertangkap harus menghapus karya mereka, dan membersihkan tembok seperti sedia kala.

Hampir dua tahun belakangan ini, fenomena grafiti/street art mulai mendapat apresiasi sebagai karya seni, dan disambut dengan cukup baik di Indonesia. Tercatat, telah banyak festival yang memiliki tema urban art seperti ini diadakan, dengan maksud untuk mewadahi mereka (bomber) yang terjun di dalam dunia grafiti/street art agar dapat lebih bebas berapresiasi dan di hargai. Mereka yang menyukai seni menggambar jalanan ini biasanya berkumpul di dalam sebuah wadah atau komunitas tertentu. Tiga komunitas besar yang cukup terkenal di Indonesia antara lain yaitu, Tembok Bomber, Royal Consortium, dan Vektorjunkie. So keep that spirit dude!


Senin, Oktober 29, 2007

penghabisan


Segala terasing di muka riak kolam
sepi berarak, senyap mengetuk, tenggelam

bagai percik pantun usang pengecut
walau gairah ini tetap seputih kabut

O malam, kau hempaskan aku di kesimaharajaanNya
tunduk-terantuk pada lengkung sebuah beranda

waktu datang perlahan berlalu
Aku hilang. Di batas penghabisan rindu.

Selasa, Oktober 09, 2007

John; the working class hero

Hampir, atau bahkan lebih dari sejuta orang di seluruh penjuru dunia ini berupaya menginterpretasikan sosoknya yang unik. Baik ke dalam bentuk tulisan, lagu, atau pun karya seni kontemporer lainnya. Tulisan berikut, merupakan wujud kekaguman saya terhadap sang tokoh idola...

Oh, Dear John..'

Di saat banyak orang yang mencemooh serta menganggapnya norak, kurang kerjaan, drugs addict, pembawa pengaruh buruk, penganut ajaran setan! Saya justru lebih memilih untuk berdiri bersama jutaan orang lain yang menganggapnya sebagai pahlawan. Well sure! Setidaknya, John adalah pahlawan dalam diri saya, di saat saya merasa jenuh mendengarkan musik kontemporer modern yang terkesan sangat minim makna, dan hanya mengedepankan nuansa komersil belaka.

Musiknya yang cerdas mampu menembus batasan intelektual saya, mempenetrasi nilai-nilai kultural, mengempati emosi, serta membuai alam sadar yang pada akhirnya membawa saya merasuki sebuah ruangan gelap, yang di penuhi dengan trauma masa kecil yang buruk. Tak mengherankan memang, jika pada sebagian besar liriknya sarat dengan muatan2 sinisme, sindiran satir, bahkan makian.

Ketika bertutur dalam lagu-lagu yang ia ciptakan, John memiliki karakter yang cenderung straight to the point, terkadang malah terkesan terlalu blak-blakkan (beda dengan Paul yang selalu optimis, dan penuh cinta kasih). Berikut adalah penggalan lirik Mother, yang menceritakan bagaimana sedihnya ia ketika harus di tinggal pergi oleh sang ibu, Julia Stanley, untuk selama-lamanya. Sekaligus juga menceritakan tentang ayah yang telah begitu kejam mentelantarkannya sejak ia balita. Alfred Lennon, sang ayah, baru kemudian muncul secara tiba-tiba setelah mengetahui bahwa anaknya adalah seorang artis terkenal.

Mother, you had me, but I never had you
I wanted you, you didn't want me
So I, I just got to tell you
Goodbye, goodbye...

Father, you left me, but I never left you
I needed you, you didn't need me
So I, I just got to tell you
Goodbye, goodbye...

Mama, don't go/Daddy come home !!!!!!!!!

Lirik tersebut, ia teriakkan berulang-ulang sembari menangis di depan sebuah microphone. Di hadapan jutaan orang audience.

Lennon is Jenius!

Kata-kata tersebut pernah terlontar dari mulut seorang Freddie Mercury, vokalis sekaligus komposer grup band legendaris, Queen. Freddie pun mengakui bahwa musik yang ia ciptakan tidak terlepas dari pengaruh musik John secara khusus, dan The Beatles. Namun Freddie bukanlah satu-satunya orang yang terpengaruh oleh musik John pra - pasca The Beatles. Hampir sebagian besar musisi hebat yang dibesarkan oleh budaya pop abad-20’ terinflunce oleh musik sang jenius.

John memiliki sifat urakan namun cerdas. Dan hal tersebut seringkali ia tunjukan kepada dunia. Ia pun memiliki julukan smart beatle, semasa masih berada di grup band tersebut. Kerja kerasnya berhasil menciptakan tipikal musik yang jauh melampui zamannya. Bahkan di saat era teknologi digital telah begitu dahsyat melanda seperti sekarang, masih ada diantara beberapa lagu John yang terdengar sulit dimengerti. Di era 60, lagu2 berikut malah terlalu sulit untuk dimainkan secara live. Im The Walrus, Norwegian Wood, Sgt. Pepper Lonely Hearts Club Band, dan Rain, adalah salah satu contohnya. Walaupun ada juga lagu seperti, In My Life, dan Strawberry Fields Forever, yang lebih mengedepankan komposisi melodi yang indah dan memukau, walau masih agak sedikit sophisticated.

Pada era 60-an, di saat musik kebanyakan hanya mengandalkan sound standar seperti, Guitar, Bass, Drum, The Beatles (dengan John sebagai pencetusnya) bereksperimen dengan memasukan unsur efek seperti, suara anjing, burung, sirine polisi, orang teriak dan ketawa, serta banyak lagi bunyi2an aneh. Belum lagi penggunaan running chords yang tidak lazim, yang dipaduan dengan alat musik tradisonal seperti, Sitar, Clarinet, Hammond, dll. Namun akhirnya, justru membuat harmonisasi melodi yang indah. Dan semua ini tidak terlepas dari andil John yang memang terkenal gemar berksperimen dengan musik.

Dengan segala kejeniusannya, bahkan ia kerap menciptakan kata-katanya sendiri tatkala menulis lirik lagu. Kehebatannya dalam permainan kata (yang diakui sendiri oleh George Martin - sang produser) mungkin dapat disejajarkan dengan Edgar Allan Poe, seorang penyair terkenal yang namanya terselip di dalam lirik lagu Im The Walrus ciptaan John. Ide-idenya ketika masih menjadi seorang Beatle pun sering dianggap nyeleneh namun fantastis, seperti ketika ia memanjangkan rambut dan jenggot demi memprotes perang dunia yang diprakarsai oleh Amerika (Kelak trend ini dikenal dengan sebutan Hair Peace). Belum lagi simbol dua jari antara telunjuk dan jari tengah yang berarti damai. Peace man!


Rebel Never Get Old!

John memiliki kepekaan sosial yang tinggi walaupun agak keras kepala. Pernah ada sebuah kejadian yang membekas hingga akhir hidupnya. Ketika ia secara tidak sengaja menyaksikan peristiwa cukup tragis dengan mata kepalanya sendiri. Julia, sang ibu ditabrak hingga mengakibatkan kematian oleh seorang perwira polisi yang ugal-ugalan. Dan ironisnya, perwira polisi tersebut lolos dari segala jerat tuntutan hukum. Sifat pemberontak, anti-penguasa, dan anti-sistem pun muncul akibat pengalaman pahitnya tersebut. Ia kerap pula menunjukkan sikapnya yang penuh perlawanan tidak hanya di depan publik, tetapi juga di sebagian besar lagu-lagunya.

Di era 60/70-an, saat kecamuk perang vietnam menimbulkan kontroversi di berbagai penjuru dunia, dan serta merta melahirkan anak-anak muda 'generasi bunga', John pun tidak tinggal diam. Pertama, ia mengembalikan medali kehormatan/gelar kebangsawanannya (MBE) kepada pihak kerajaan Inggris yang dianggapnya turut andil bersama AS dalam menginvasi Vietnam. Kemudian, pasca lepas dari Beatles, ia banyak terlibat dalam gerakan2 bawah tanah melawan pemerintahan Nixon saat itu. Hingga ia dipaksa untuk keluar dari tanah Amerika yang sudah terlanjur ia cintai.

Usaha pemerintah AS terhadap John Lennon tersebut tidak pernah berhasil, baik lewat jalur legal maupun non-legal (intimidasi). Jalur persidangan antara AS versus John Lennon, akhirnya pun dimenangkan oleh sang jenius. Walaupun ironisnya, tak lama berselang ia mendapatkan kartu izin tinggal, John tewas di tembak mati oleh seorang pembunuh gila, Mark David Chapman. Banyak yang berpendapat, bahwa kasus kematian John ini tidak terlepas dari konspirasi para petinggi-petinggi CIA. John disebut-sebut sebagai lawan politik/potensi berbahaya yang dianggap mampu membawa aksi massa dalam jumlah besar melawan pemerintah AS.

Sampai menjelang akhir hidupnya, John selalu tampil sebagai sosok yang memberontak! Tidak kenal takut terhadap apapun selama apa yang dianggapnya benar. Karena kepribadiannya tersebut, menurut saya ia tidak pernah 'benar-benar mati', ia hanya mati di dalam benak para politikus rakus, pemimpin-pemimpin yang menyenangi perang sebagai solusi, serta para generasi muda yang tidak memiliki dan menghargai seni serta sejarah.

Hari ini, tepat 67 tahun yang lalu, ada seorang bayi mungil yang dilahirkan ke dunia. Tanpa perlakuan yang istimewa, dan tanpa adanya tanda-tanda bahwa kelak ia akan menjadi seseorang yang istimewa. Bayi tersebut bernama, John Winston Lennon, sang jenius sekaligus pemberontak yang membawa generasi muda pasca 60-an melewati hidup mereka dengan lebih berwarna.


Happy Birthday John!

Selasa, Oktober 02, 2007

labour 101


Setiap tanggal 1 Mei, segenap buruh baik yang terhimpun di dalam berbagai macam organisasi serikat pekerja, berkumpul bersama pada masing-masing wilayah di seluruh penjuru dunia, untuk merayakan 'hari kemenangan' mereka. Istilah yang lebih
populer untuk memperingati hari libur tahunan yang sudah diterapkan di beberapa negara ini adalah, May Day!



Asal Muasal Hari Buruh


Peringatan hari buruh atau yang lebih dikenal dengan sebutan May Day lahir dari berbaga
i rentetan perjuangan kelas pekerja yang bermaksud meraih kendali/kontrol ekonomi dan politik. Bermula di awal abad 19, di mana saat itu terjadi perubahan yang drastis dalam bidang ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis industri kawasan Eropa Barat dan Amerika Serikat.

Minimnya upah kerja, jumlah jam kerja yang panjang (seki
tar 12 sampai 16 jam sehari), serta buruknya kondisi kerja di lingkungan pabrik kala itu, melahirkan sejumlah pertentangan dan perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Menurut catatan enslikopedia, sejarah mencatat bahwa pemogokan kaum buruh pertama kali terjadi di Amerika Serikat, pada tahun 1806 oleh para pekerja Cordwainers.

Pemogokan tersebut seakan mengangkat fakta bahwa pa
ra buruh di era tersebut bekerja hingga lebih dari 20 jam sehari! Kejadian tersebut ikut membawa para pemilik modal pada saat itu berurusan dengan pihak pengadilan. Setelah peristiwa tersebut, mulailah bermunculan perjuangan-perjuangan menuntut dikuranginya jumlah jam kerja dalam sehari. Ada dua oang yang dianggap cukup berjasa dalam menuangkan gagasan tersebut ke dalam aturan-aturan kaum buruh, yaitu, Peter McGuire dan Matthew Maguire.

Keduanya adalah seorang pekerja mesin yang berasal d
ari Paterson, New Jersey, yang pada tahun 1872 menghimpun 100.000 orang buruh untuk melakukan aksi mogok kerja dalam rangka menuntut pengurangan jam kerja. Tidak hanya itu, McGuire pun melobi pemerintah kota untuk segera menyediakan pekerjaan dan juga sistem uang lembur. Atas aksinya tersebut, Walikota setempat kala itu menjuluki McGuire sebagai ‘pengganggu ketenangan masyarakat’ di New Jersey.



Saat Buruh Menggugat!


May Day memang lebih dikenal sebagai hari buruh se-dunia, guna memperingati Tragedi Haymarket pada tahun 1886 yang terjadi di Chicago, Illinois. Sekaligus juga menjadi perayaan kemenangan bagi gerakan kaum buruh international yang berhasil menuntut
jumlah jam kerja menjadi 8 jam sehari.

Pemogokan-pemogokan masal yang dilakukan oleh gerakan buruh guna menuntut 8 jam kerja sehari, sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Namun ada satu peristiwa cukup penting di tahun 1884. Di mana The Federation of Organized Trades and Labor Unions (FOTLU) , sebuah organisasi buruh, mengorganisir rencana pemogokan m
asal menuntut 8 jam kerja sehari. Rencananya pemogokan masal tersebut bakal dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 1886 pada ke-esokan hari.

Banyak para pengusaha yang berusaha mengantisipasi usaha pemogokan masal tersebut, dengan cara melakukan pengurangan jam kerja dan menerapkan aturan 8 jam kerja sehari. Sementara itu, berbagai upaya menggagalkan aksi ini pun dilakukan oleh para pengusaha dan aparat kepolisian.


Namun rupanya, usaha tersebut sia-sia belaka, sebanyak 400.000 lebih buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut pengurangan jam kerja. Aksi yang berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei, mulai berlangsung ricuh. Polisi Amerika yang ingin menghentikan aksi demonstrasi tersebut kemudian mulai menembaki para demonstran, hingga mengakibatkan tewasnya ratusan orang buruh, serta dihukum matinya enam orang pemimpin aksi pemberontakan buruh tersebut di Lapan
gan Haymarket, Chicago.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada bulan Juli 1889, lebih dari 400 delegasi buruh dari berbagai penjuru dunia yang terhimpun ke dalam Kongres Sosialis Dunia di Paris, menetapkan peristiwa di Amerika Serikat pada tanggal 1 Mei 1886 tersebut sebagai hari buruh sedunia. Kongres tersebut juga menghasilkan satu resolusi yang berbunyi:


“Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada sat
u hari tertentu di mana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Prancis”.

Resolusi ini kemudian mendapat sambutan yang cukup hangat dari berbagai negara di berbagai penjuru dunia. Kemudian sejak tahun 1890, tanggal 1Mei, yang diistilahkan dengan May Day
diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, walaupun juga tidak jarang yang mendapat tekanan keras dan larangan dari pemerintah masing-masing negara, termasuk Indonesia.


Indonesian May Day!

Sebenarnya, Indonesia pernah mewajibkan peringatan hari buruh dalam UU No. 1 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun 1948. Pasal 15 ayat 2 yang menyebutkan, “Pada hari 1 Mei, buruh dibebaskan dari kewajiban bekerja”. Kemudian, dikarenakan alasan yang berbau politis, sejak pemerintahan Orde Baru, hari buruh tidak lagi diperingati di Indonesia. Dan sejak saat itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan ekonomi.

Hal tersebut disebabkan karena gerakan buruh dianggap mempunyai hubungan dengan gerakan dan paham komunis, yang sejak kejadian G30S di tahun 1965, menjadi tabu untuk dibicarakan di Indonesia. Semasa rezim pemerintahan Soeharto, aksi yang bertujuan memperingati May Day akan dimasukan ke dalam kategori tindakan subversif, karena gerakan May Day yang selalu dikonotasikan dengan komunis.

Kemudian, setelah tumbangnya rezim Orde Baru yang sekaligus mengakhiri kepemimpinan otoritarian Soeharto, gerakan buruh setiap tanggal 1 Mei mulai gencar dirayakan kembali oleh para buruh seluruh Indonesia, melalui demonstrasi di berbagai kota. Meskipun sampai hari ini pemerintah belum menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari libur nasional.

Kekhawatiran pemerintah sebelumnya yang menganggap bahwa gerakan kaum buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei bakal berujung pada kerusuhan, ternyata tidak juga terwujud sejak peringatan May Day dari tahun 1999 hingga 2007 lalu. Tercatat tidak pernah ada tindakan berbau destruktif yang pernah dilakukan oleh gerakan buruh yang masuk dalam kategori ‘membahayakan ketertiban umum’.

Bagaimana pun juga, buruh memiliki hak yang sama untuk memperjuangkan nasib mereka kepada pemerintah. Dan hari ini, buruh sudah lagi bukanlah sekumpulan orang bodoh yang sanggup diatur sekehendak hati para pengusaha. Buruh Indonesia, yang berafiliasi pada berbagai macam organisasi termasuk Serikat Pekerja Nasional, sudah menjadi sekumpulan orang yang telah memiliki kesadaran hukum, atas hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia.

Maju terus buruh Indonesia!


fotografi - past and present

Fotografi yang dalam ejaan bahasa Inggris adalah Photography, berasal dari kata (Photo) yang artinya cahaya, dan (Graph) yang artinya gambar. Jika digabungkan makna dari fotografi, kurang lebih berarti, menggambar atau melukis dengan cahaya.

Sejarah Singkat

Di mulai sejak kurang lebih 150 tahun yang lalu, yakni pada tahun 1839 di sebuah negara bernama Perancis. Dunia mengakui penemu pertama kali teknik fotografi dengan pelat logam adalah Louis Jacques Mande Daguerre, yang berhasil merekam gambar dua dimensi seperti yang dilihat oleh mata ke dalam bentuk pelat logam yang permanen. Penemuan ini pun langsung di sebar secara cuma-cuma lewat Perancis ke

seluruh penjuru dunia.

Setelah dilakukan penelitian, ternyata penemuan Daguerre ini bukanlah murni penemuannya sendiri. Karena di tahun 1826, Joseph Nicephore Niepce tercatat berhasil menciptakan sebuah foto yang kemudian dikenal sebagai foto pertama dalam sejarah umat manusia. Foto tersebut berjudul "View From Window at Grass". Dan hingga kini foto tersebut masih tersimpan di University of Texas di austin, AS.

Niepce membuat foto tersebut dengan melapisi pelat logam dengan sebuah senyawa buatannya sendiri. Pelat logam tersebut kemudian dis

inari dalam sebuah kamera obscura sampai beberapa jam hingga tercipta sebuah gambar. Metode Niepce ini agak sulit diterima orang umum, karena lama penyinaran dengan kamera obscura ini bisa sampai tiga hari.

Kemudian di tahun 1827, Daguerre bekerja sama dengan Niepce untuk menyempurnakan temuannya tersebut. Kelak dikemudian hari disebut dengan heliografi. Dalam bahasa Yunani. (helios) artinya matahari dan (graphos) ar

tinya menulis. Selanjutnya di tahun 1833, Nipece meningal dunia. Dan oleh karenanya Daguerre pun bekerja sendiri menyempurnakan teknik fotografi yang sampai enam tahun kemudian hasil kerjanya diumumkan hingga ke seluruh dunia.


Fotografi Modern

Perkembangan kamera dalam fotografi pun telah bergulir dengan cepat. Di mulai sejak era kamera analog atau kamera film. Kamera film yang paling terkenal adalah yang memiliki format 35 mm, atau yang sering dipakai oleh kebanyakan orang. Jenis film-nya pun terbagi atas, BW (Black and White) atau film dengan format hitam putih, kemudian munculah filn negatif berwarna (yang paling populer) hingga saat ini, lalu ada juga film positif atau yang biasa disebut slide. Film ini sedikit lebih mahal dan warna-warna yang dihasilkan pun lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas.

Kemudian di tahun 1996 munculah sebuah revolusi dalam perkembangan fotografi modern, yakni dengan dikeluarkannya kamera dengan format digital. Kamera digital ini dengan cepat langsung menggusur kamera berformat film. Selain mudah digunakan, melalui sebuah kamera digital, sang juru foto dapat dengan langsung melihat hasil jepretannya tanpa harus menunggu beberapa jam untuk proses cetak foto.

Kehadiran kamera digital yang langsung diterima dengan cepat oleh masyarakat, menimbulkan sebuah fenomena tersendiri. Jika dahulu seorang fotografer harus belajar dengan susah payah hanya untuk menjadi seorang fotografer, kini siapapun dapat dengan mudah menjadi fotografer dadakan alias instan.

Perkembangan teknologi digital yang mulai merambah alat komunikasi seperti handphone, yang dikemas dengan tambahan fitur kamera pun menjadi salah satu faktor pendukungnya.

Negatif atau Positif?

Reaksi yang timbul atas fenomena fotografi yang kini telah beralih ke era digital, banyak menimbulkan pro kontra di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya adalah semakin mudahnya penyebaran pornografi kepada masyarakat umum. Media penyebaran yang paling mudah? Yah, apalagi kalau bukan handphone selular.

Belum reda di telinga kita bagaimana dahsyatnya skandal salah satu pejabat tinggi negara yang sedang berpose (maaf – red) bugil. Belum termasuk sejumlah artis yang juga melakukan hal serupa yang berhasil di tangkap oleh kamera handphone. Dan yang lebih parahnya lagi, masyarakat umum, hingga anak-anak yang notabene masih berstatus sekolah pun banyak bermunculan dalam peredaran pornografi telepon genggam.

Ada yang memang sengaja melakukan hal tersebut, namun tidak jarang pula karena faktor iseng-iseng belaka. Saking mudahnya orang mengambil gambar dengan kamera handphone, sehingga mereka menjadi jenuh dengan pose yang itu-itu saja, kemudian banyak yang tertantang untuk melakukkan pose yang lebih ‘berani’.

Namun tidak selamanya perkembangan teknologi foto digital berdampak negatif. Banyaknya momen-momen penting dan berharga bagi pengetahuan yang dapat langsung di rekam dan di sebar ke seluruh penjuru dunia dalam hitungan detik, menambah poin tersendiri bagi kelangsungan dunia digital.

Kalau sudah begini, tergantung siapa dan acuan apa yang di pakai untuk memaknainya. Menurut saya, yang pasti hari ini dunia telah mempersembahkan sebuah peradaban dengan kualitas pixel yang jauh lebih menyenangkan!