Jumat, Maret 28, 2008

mendingan musik jazz


Musik jazz memang memiliki sensasi tersendiri untuk didengarkan. Iramanya yang lembut sanggup membius penikmat jenis musik ini hingga ke seluruh penjuru dunia. Namun di Indonesia, musik jazz lebih identik dengan musiknya golongan the have alias masyarakat yang memiliki strata sosial menengah ke atas. Apakah orang-orang “gedongan’ tersebut benar-benar menikmati musik jazz, atau sekedar menjadikan musik jazz sebagai gaya hidup semata?

Rasanya stereotype tersebut memang tidaklah berlebihan. Di Indonesia sendiri, mayoritas penikmat musik jazz rata-rata memang berasal dari kaum terpelajar, selebritis, pejabat, eksekutif muda, serta para pengusaha. Hal tersebut semata karena banyak anggapan yang menyebutkan bahwa musik jazz yang memiliki tingkat sofistikasi yang tinggi, hanya dapat dipahami dengan intelegensia yang tinggi pula. Lebih tinggi dari pada musik-musik lainnya.

Sejarah Musik Jazz

Pendapat diatas mungkin terbilang lucu, mengingat sejarah musik jazz sendiri lahir dari tangan-tangan kreatif orang-orang kulit hitam yang mengalami penindasan serta perbudakan rasial Amerika di akhir abad ke-18. Perlawanan kaum kulit hitam terhadap bangsa penindasnya banyak tertuang lewat alunan musik seperti blues, gospel, spiritual, dan juga jazz.

Spirit bermusik jazz atau ideologi murni musik tersebut awalnya adalah tentang pembebasan diri kaum Afro-Amerika tersebut dari kerasnya nuansa sosial-poltik yang represif. Semangat pembebasan tersebut yang mengilhami gaya bermusik, serta permainan harmonisasi nada para musisi jazz tempo dulu. Paham kebebasan yang dianut oleh musik jazz-lah yang akhirnya dapat menjadikan musik ini diterima di berbagai belahan dunia, khususnya Indonesia.

Sound of Indonesian

Namun dalam perkembangannya di Indonesia, musik jazz tumbuh menjadi musik yang elit dan eksklusif. Musik jazz belum mampu menjamah seluruh lapisan masyarakat, terutama kelas bawah yang mayoritas lebih memilih musik rakyat seperti dangdut dan pop. Penyebabnya diduga karena pengaruh para produser rekaman dari beberapa industri musik yang memaksakan gaya-gaya permainan jazz dengan lebih nge-pop.

Tidak hanya itu, para rezim industri besar musik di Indonesia juga turut mengeksploitasi musik jazz dengan simbol-simbol modernitas. Salah satu contohnya adalah pengenalan musik jazz lewat kampus-kampus besar yang cenderung eksklusif sehingga musik jazz menjadi susah tersosialisasi dengan lebih memasyarakat. Semoga ke depan musik jazz dapat lebih mengena kuping tanah air.


To be continue...