Rabu, Agustus 06, 2008

musim gugur


"sudahkah kau akan berhenti..?"

sambut ilalang seraya memberikan batangnya yang kokoh supaya kepalaku dapat bersandar kepadanya.

"belum"

"aku hanya ingin rebah, menikmati wanginya tiupan angin, dan untuk sesaat berfikir lagi"

ucapku, sembari memberikan salam yang indah kepada daun yang sedang berlomba turun dari puncak meranti.

"berfikir tentang apa?"

ilalang tersebut kembali bertanya dengan gerakan tubuh yang meliuk-liuk mengikuti permainan angin.

"berfikir bahwa mungkin seharusnya kuputuskan untuk berhenti!"

"berhenti dari apa?"

"berhenti memanjakan diriku dari tiupan angin yang indah, serta ilalang empuk seperti dirimu"

untuk sesaat.. angin tidak lagi meniupkan kesejukan, dan ilalang itu pun mati perlahan.

.........

"hei, kau marah padaku?"

aku bangkit dari kemalasanku. bangun. lalu dengan berat hati kuputari hamparan ilalang yang luasnya hampir tak terhingga tersebut.

"ayolah, aku tidak benar-benar bermaksud mengatakan yang tidak-tidak tentangmu!"

teriakku dengan penuh nafas tersengal. seraya mengepalkan tanganku ke atas.

untuk sesaat suasana menjadi hening. tiba-tiba! angin mengepakkan tiupannya dengan sangat kencang. karenanya aku hampir saja terjatuh.

"berhenti hanya untuk mereka yang memiliki jiwa pengecut!"

suara tersebut terdengar sama kencangnya dengan semburan angin yang memekak langsung ke gendang telinga.

"tidak, tidak, aku bukanlah seorang pengecut! aku hanya ingin berhenti sejenak. berfikir.. kalau dunia ini menghendaki, aku pun pasti akan kembali!"

dengan marah aku pun berteriak lantang. mencoba menyaingi kencangnya semburan angin.

"lihatlah dirimu! baru kuberi tiupan sekali saja sudah hampir jatuh. bagaimana kalau kutiup berkali-kali? entah dimana dirimu berada pastinya."

mulutku terkatup rapat. lalu kemudian aku pun beranjak pergi membelakangi sang angin. dalam hati sembari berkata.

"emang gue pikirin!"