Selasa, April 14, 2009

kamu - aku - kita


Malam ini. Seperti juga malam-malam sebelumnya. Menjadi saksi di saat aku hinggap menyelinap di balik sudut hatimu. Perlahan. Ku urai satu-persatu simpul kusut yang terhampar pada permukaan kita. Lantas kau bergumam. Dan mengibas tirai yang pernah koyak oleh debu kehampaan. Begitu pula aku.

Angin yang meniupkan beragam kata, luka, tawa, menjadi untaian sajak kita bersama - seribu satu bulir nada yang berangkum menjadi sebuah klausa. Akankah kita selamanya? Aku harap iya. Sebab quatrain akan nampak sia-sia tanpa rimbun aksara. Dan aku? Hanya akan menjadi daksa di dalam bilik sempit keceriaan. Senyap tanpamu.

Seperti biasa. Kidung itu kita siram kembali - nyanyikan - entah untuk berapa lama. Sambil kuselusuri rangkaian jejak yang pernah tertapaki. Aku berjanji. Menyibak dendammu dengan paluh rupa. Hingga buas itu reda - dan kita terlalu renta. Untuk menyadari bahwa takdir telah terkesiap. Di antara khusyuk lukamu-lukaku.

Kamu - Aku - Kita. Bukankah kelak menepi dan berlabuh? Menghentikan kayuh sampan yang telah karat akan peluh. Mari sudahi saja pergelutan tentang kebenaran. Sebab biduk terbentang luas dihadapan. Hingga jingga menyembul serat kelambu, dan ranah yang merekah dalam sebidang asa. Untuk kita!


2 komentar:

bear_13th mengatakan...

cie......
cuit2....

!ariwwok mengatakan...

prikitiuuwww..