Minggu, Februari 08, 2009

rajut


dan...
senja perlahan masuk diam-diam
membuncah batu di bongkahan malam
sejenak, kau tenggelam
sungging di pipimu berangsur memudar hilang
padahal, belum sempat kau enyahkan dingin yang meregang
walau kelam saling bertegur bimbang

kali kau genggam gundah ini
kalinya ku' enggan mereguk binar mimpi
belas tanpa sejumput arti
aku lantas -jadi- terlalu malas
membenam kepulan yang hanya kupahami sekilas
dengung berima - apa kita pantas?

untuk sesaat, laju berkeluh kesah
resah putaran roda perlahan membelah
sungging itu pun kembali merekah
layaknya butiran-butiran debu
indah, kemilau, semu?
belum tentu

----

dan...
pagi menyeruak tiba-tiba
peluh itu ku' rengkuh sampai tak bersisa
sungguh angkuhmu mengalahkan segalanya
hanyutkan sampan ke hiruk lengkung sudut
diantara tipisnya serpihan kabut
jemari melingkar berpagut, sama merajut

lalu, ku' cumbui hujan dalam lebat kantuk
kala buih mentari singgah mengetuk
membenam aku 'lagi' ke-seikat peluk
ingat! usang pelupuk matamu samar
pasti benar bukan sorot terpintar
namun, cukup menghapus segumpal nanar

akhirnya, sang mendung tersingkap tepian bulan
dengan atau tanpa sehelai benang kemudian
kamu-aku menyerah-pasrah akan-kecupan
ah, jejak yang dahulu kerap menapak
perlahan kian surut dari pangkal kelopak
mari kita berayun, berdansa, dan berombak

-nyut-

3 komentar:

bear_13th mengatakan...

cie nyut neh....

putroX mengatakan...

komen donk, jangan ngecengin.. hahaha

Anonim mengatakan...

Mungkin kita tak kan lupa
Pada detik yang kita sempat merasa ada
Jangankan menenggelamkan diri di sana
Menolehpun tak bisa
Hati mati dan kata menjadi basi

Kini...
Lupa sakit di hati yang dulu sempat tertoreh

wink... wink...